Pemerintah Kabupaten Cirebon Jawa Barat memutuskan status tanggap darurat terkait bencana banjir diperpanjang selama tujuh hari ke depan, karena penanganan dampak setelah kejadian itu belum tuntas.
“Status tanggap darurat kami perpanjang lagi, karena sesuai aturan itu berlaku tujuh hari. Sampai kondisi normal,” kata Bupati Cirebon Imron saat ditemui di Cirebon, Kamis.
Ia menjelaskan, tanggap darurat itu sebelumnya berlaku mulai 7-13 Maret 2024. Namun karena penanganan pascabanjir belum sepenuhnya selesai, akhirnya status tersebut diperpanjang.
Menurut dia, masih banyak persoalan akibat banjir yang harus dibenahi. Hal ini mengingat kejadian tersebut telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, khususnya bagi warga di 37 desa di Cirebon timur.
Imron memastikan dalam masa tanggap darurat penanganannya tidak hanya memberikan bantuan, melainkan menerapkan berbagai macam strategi untuk mencegah banjir.
Salah satunya, katanya, mengoptimalkan pengendalian udara pada musim hujan yang ditampung di dalam embung, sehingga nantinya bisa dipakai untuk mengairi sawah warga ketika kemarau.
“Ada beberapa embung yang segera dibangun. Kemudian kami sudah uraikan tentang penyebab banjir itu kepada Komisi VIII DPR RI maupun perwakilan BNPB RI. Tadi sudah ada respon. Kita tinggal tunggu saja apa yang sudah diusulkan bisa dilaksanakan,” katanya.
Imron menegaskan, bukan hanya banjir yang menjadi fokus perhatian, termasuk juga berkomitmen menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi risiko terjadinya bencana karena cuaca ekstrem.
Sementara Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Deni Nurcahya menerangkan, dalam waktu dekat beberapa daerah di Cirebon akan terbentuk desa tangguh bencana, dengan meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam mengidentifikasi bahaya, mengelola sumber daya, dan mengurangi risiko bencana di lingkungannya.
Dalam program tersebut, pihaknya memberikan bimbingan kepada masyarakat sehingga memungkinkan mereka untuk terlibat aktif dalam mengantisipasi maupun menanggulangi beberapa kejadian seperti banjir, angin kencang, pergerakan tanah, dan longsor.
“Saat ini terbentuknya desa tangguh bencana sudah menyasar 22 desa. Program ini menjadi ikhtiar kami untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana seperti banjir di Cirebon timur kemarin,” ujarnya.